Jam kyu

Monday, October 28, 2013

Senu budaya

Musik Klasik di Indonesia

 
Musik Klasik di Indonesia

Masyarakat di Indonesia umumnya mengenal musik klasik pertama kali dari instrumen-instrumen non orkestral, seperti gitar dan piano (bahkan juga electone atau Organ) yang ditawarkan dalam kursuskursus musik. Walaupun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa tak satupun dari mereka menolak kenyataan bahwa musik orkestra merupakan puncak artistik musik klasik. Dalam kenyataannya di awal abad ke-21 ini orkestra-orkestra Indonesia yang kini jumlahnya semakin banyak lebih sering mengiringi pertunjukan-pertunjukan musik populer daripada musik klasik. Pada saat yang sama tradisi bulanan seperti konser musik orkestra seperti yang pernah dilakukan oleh Radio Republik Indonesia (RRI) Jakarta yang disiarkan melalui siaran TV, atau program-program Nusantara Chamber Orchestra hingga kira-kira tahun 1990-an mulai tergeser oleh semaraknya musik populer.


1. Orkestra di Indonesia

Walaupun bukan termasuk negara termakmur di kawasan Asia Tenggara, perkembangan orkestra di Indonesia cukup pesat. Hingga kini bisnis orkestra terpusat di Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia. Hingga kini di Jakarta ada sekitar 8 hingga 10 orkestra profesional. Keberadaan orkestra-orkestra tersebut merupakan akumulasi dari upaya seniman-seniman musik yang umumnya datang dari latar belakang kehidupan musik non klasik, upaya penyandang dana yang menaruh perhatian terhadap orkestra, pengaransir orkestra, musisi, dan komposer cukup besar.


2. Orkestra Klasik

Keberadaan orkestra Indonesia yang murni membawakan musik klasik saat ini semakin mengalami krisis. Kebanyakan orkestra klasik juga membawakan musik hiburan atau pop. Hingga kira-kira pertengahan tahun 1990-an orkestra-orkestra klasik profesional yang masih aktif di antaranya ialah Orkes Simfoni Radio Republik Indonesia (RRI) Jakarta dan Nusantara Chamber Orchestra (NCO) yang memiliki tradisi konserkonser bulanan. Tidak jarang pula orkestra-orkestra tersebut mengadakan kerjasama dengan musisi dan kondaktor internasional.

Di samping menampilkan solis-solis internasional, kadang-kadang orkestra-orkestra tersebut juga mengundang musisi-musisi klasik Indonesia dari berbagai instrumen sebagai bintang tamu atau "solis dalam". Solis Indonesia yang pernah tampil dalam orkestra-orkestra klasik tersebut tidak hanya dari pemain-pemain instrumen orkestra seperti biola, klarinet, dan flute; tetapi juga instrumen-instrumen solo atau individual seperti piano, harpa, dan gitar.

Pianis dan komposer Indonesia yang pernah tampil dengan orkestra-orkestra klasik pada saat itu antara lain Tri Sutji Kamal dari Jakarta. Pada tanggal 23 November 1991, NCO mengundang gitaris klasik Andre Indrawan, untuk membawakan konserto gitar terkenal karya komposer Spanyol, Joaquin Rodrigo, berjudul Concierto de Aranjuez. Penampilan karya tersebut di antara beberapa karya orkestra yang lainnya dalam konser bulanan di Hotel Indonesia saat itu dipimpin oleh kondaktor tamu dari Singapura, Lim Yau, yang memiliki latar belakang instrumen mayor vokal.

Antara tahun 1985 hingga kira-kira tahun 1990 orkestra klasik yang para pemainnya berlatar belakang pendidikan formal musik juga turut memeriahkan panggung musik klasik Indonesia. Di antara orkestraorkestra tersebut ialah Orkes Simfoni ISI Yogyakarta yang beberapa kali tampil di Jakarta dan salah satunya di Gedung Kesenian Jakarta. Orkestra tersebut tidak hanya membawakan karya-karya simfoni, namun juga konserto dan beberapa karya musik Indonesia.

0 comments:

Post a Comment