Jam kyu

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, November 13, 2013

Aku Bukan Dia



Niecha Ariestyani adalah siswi SMA yang sangat baik, dia selalu membantu temannya setiap saat. Dia juga anak yang baik menurut orang tuanya, setiap pagi dia selalu membantu orang tuanya di rumah. Sosok Niecha sangat terkesan baik di mata guru dan sahabat-sahabat terdekatnya.
Sudah 2 tahun ini Niecha merasa bahagia bersama seseorang yang di cintainya. Ariel Aryana adalah siswa yang terkenal di SMU Pramudina. Dia adalah kekasih Niecha sejak kelas IX lalu, betapa bahagia hati Niecha setiap bersamanya. Namun kesedihan selalu meinyelimuti hati Niecha di setiap ia mengingat keadaannya. Dokter telah memvonis Niecha, bahwa ia mengidap penyakit tumor hati. “Ariel, jika suatu saat aku pergi dari hidupmu, jangan sedih dan kecewa. Aku tak mau membuat kamu sedih atas kepergianku!” ucap Niecha saat ada di pelukan Ariel. “Jangan pernah tinggalin aku, aku tak akan sanggup hidup tanpa kamu! Sudahlah sayang, aku tak mau dengar kata-kata itu lagi, selamanya kita akan terus bersama!”. Cinta Ariel dan NIecha adalah cinta sejati, meski dalam keadaan apapun Ariel selalu menenangkan Niecha.
Cinta sejati tak akan pernah hilang, walau nyawa telah melayang. Niecha Ariestyani telah tiada, tumor hati telah merenggut kebahagiaannya. Ariel masih belum bisa menerima keadaan, terlalu banyak kenangan bersama Niecha, “Kenapa kamu harus tinggalin aku seperti ini cha, aku tak pernah menyangka kau akan pergi secepat ini. Aku sangat mencintai kamu, dan aku tak kan sanggup hidup tanpamu!”. Begitu berat rasanya Ariel merelakan kepergian Niecha, ia masih sangat mencintai Niecha dan baginya tak kan ada orang lain yang mampu menggantikan Niecha.
1 tahun kemudian…
Ariel masih mencintai Niecha seperti dulu, meski kini ia mulai mencari seseorang yang bisa mencintainya seperti Niecha. Telah lama dia mencari dan mencari seseorang yang baik, tapi ia belum menemukannya. Entah sampai kapan pencarian ini akan dia lakukan, dia selalu percaya akan ada seseorang yang bisa menggantikan sosok Niecha di hatinya. Ariel memang masih menyimpan sejuta cinta untuk Niecha, walaupun saat ini ia ingin mencari seseorang yang dapat menggantikan Niecha di hatinya.
Kelulusan sudah di umumkan, Ariel mendapat nilai terbaik di SMUnya. Dan ia mendapat beasiswa kuliah sampai S2. Setelah hari libur terlewati, kini saatnya adik-adik kelas IX masuk ke SMU. Ariel masih menjadi siswa terbaik di SMU Pramudina, mantan kakak kelas itu sering datang ke SMU Pramudina. Saat ini banyak siswa baru yang mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS) di SMU Pramudina. Tanpa sengaja, Ariel bertemu dengan siswi pindahan dari Yogya. Andhina putri, ia adalah anak seorang guru swasta di sebuah SMP. Awalnya Andhina ingin mengenal Ariel, tapi sifat Ariel sangat dingin dan cuek. “Sebenarnya dia siapa sih, kenapa setiap aku bertemu dengannya dan menatap matanya, aku selalu merasa dekat dengannya. Apa yang terjadi?”. gumam Andhina. Hatinya selalu ingin dekat dengan Ariel, entah hal apa yang menyebabkan ia merasakan semua itu. Begitu juga dengan Ariel, setiap ia melihat senyuman Andhina pasti ada sosok yang hadir menemani harinya. “Aku sangat merindukanmu Niecha!” desis Ariel lirih.
Hari demi hari telah terlewati, Andhina dan Ariel sudah saling mengenal satu sama lain. “Ya Allah, kenapa muncul sosok seperti Niecha, aku tak pernah tau semuanya akan seperti ini!” ucap Ariel dalam hati. “Ya Allah kenapa ada sosok Arjuna di dalam diri Ariel, kenapa semua harus seperti ini. Aku mencintai Ariel!”. Tak pernah ada yang mengira semua ini, Ariel dan Andhina saling mencintai. Sampai saat ini mereka selalu bahagia, dan sampai akhirnya mereka berjanji akan hidup bersama selamanya. “Jangan pernah tinggalkan aku, hidupku tak kan berarti tanpa kamu!” ucap Ariel. Saat itu Andhina tak bisa menjawab, karena ia tak yakin akan keputusan yang kan ia pilih. Orang tuanya memutuskan akan membawa Andhina kembali ke Yogya, tapi Andhina sangat berat meninggalkan Bandung dan semua kenangan disana. “Apa yang harus aku lakukan jika suatu saat nanti orang tuaku tiba-tiba membawaku kembali ke Yogya?”. “Tetaplah disini bersamaku, aku tak kan sanggup hidup tanpa kamu!”. Andhina terdiam di pelukan Ariel, keheningan menyelimuti keadaan mereka berdua. Tanpa sadar air mata menetes dari mata Andhina, dengan halus Ariel mengusap air mata Andhina.
Suatu hari, Ariel bermimpi tentang Andhina dan Niecha berada di satu tempat dan dalam keadaan bahagia. Dalam mimpinya, Andhina dan Niecha sangat akbrab dan kelihatannya mereka begitu dekat. Ariel menghampiri mereka, kemudian ia duduk di dekat Niecha dan entah mengapa tiba-tiba Niecha berpindah tempat. Ariel berada di antara Niecha dan Andhina, begitu banyak percakapan yang mereka bicarakan. Tapi setelah beberapa lama, tubuh Niecha bersatu dalam tubuh Andhina. Dan akhirnya Ariel terbangun dari mimpinya, “Apa maksud dari semua ini?” Tanya Ariel dalam hati. Esok harinya, Ariel menceritakan mimpinya kepada Andhina dan mereka saling bertanya apa arti dari mimpi itu. “Mimpi itu aneh sekali, baru pertama aku bermimpi seperti itu!”, “Mungkin mimpi itu datang karena kamu masih cinta sama dia, aku tahu kalau kamu tak kan pernah bisa melupakan dia sampai kapanpun juga!”. “Dia memang belahan jiwaku dan saat ini aku masih mencintai dia, tapi aku berharap kamu bisa menggeser posisinya di jiwaku. Aku mencintai kamu dengan sepenuh hatiku, aku tak pernah bilang kalau aku mencintai kamu setengah hatiku. Jangan ragukan cintaku!”. Suasana pun menjadi hening, tak ada yang mau berbicara.
Andhina dan Ariel selalu bersama, walau pun akhir-akhir ini mereka sering bertengkar karena cinta Ariel pada Niecha dan Andhina. Saat tiba waktunya Andhina kembali ke Yogya, Ariel begitu berat untuk melepas kepergian Andhina. “Jangan pergi, aku takut kehilangan kamu dan cintamu!” “Aku tak bisa tetap tinggal disini, karena aku harus ikut orang tuaku!”. “Tapi aku tak mau kehilangan untuk yang kedua kalinya, aku tak mau kehilangan kamu seperti aku kehilangan Niecha!”. “Tapi aku bukan Niecha, aku Andhina dan aku tak seperti dia!”. “Aku tau, tapi cintamu mampu menandingi cinta Niecha, dan tak akan ada cinta lain yang bisa menggantikanmu!”. “Relakan aku Ariel, aku akan tetap pergi dari Bandung. Tapi cintaku akan selalu ada untuk kamu, Selamat tinggal!”. Andhina pun pergi meninggalkan Ariel, dalam keadaan sendiri dan sedih. Cinta mereka telah terpisah jauh, tapi tak kan pernah hilang selamanya

Ku Nanti, Kita Kembali



Raut wajah Nabila, sesaat tertampak seperti monster imut saat ia terbangun dari mimpinya di atas susunan karakter-karakter yang begitu empuk, saat pagi menyapa
“Ah, pagi ini tak berbeda dengan kemarin..” sambutnya tanpa semangat,
Sesaat teringat olehnya kejadian tadi malam, ketika semua orang sedang berbagi cokelat, ketika semua orang berbicara tentang cinta melebihi kapasitas normalnya, ia justru mendapatkan hal yang bahkan semua orang tak ingin, di saat ia mengharap sebuah kejutan manis, di saat ia merindukan pelukan hangat itu, kenyataan menjawab dengan modus inversnya, Tak terasa, cairan itu pun meleleh lagi di wajahnya, mewakili kesedihannya yang mendalam, di dalam hatinya berkata..
“Mengapa harus ditemukan, bila akhirnya terpisah?”.
Namun begitu, Nabila tetap berharap cintanya kembali. Hari-hari tetap dilalui Nabila dengan senyuman, sekilas tak tampak aksen sedih di wajahnya…
Di kelas Tasya sahabat Nabila mengambil buku lalu duduk di samping Nabila
“Lho, Bil kamu kok fine-fine aja, gak galau nih?” tanyanya sambil menyalin jawaban matematika Nabila,
“Ah, ndak Sya, aku yakin dia pasti balik” ucapnya dengan penuh semangat sambil menghirup spray yang dipegangnya,
“Em, yakin bener, semangat ya say, kagak usah galau”
“Pastinya dong Sya”.
Bel pun berdering tanda waktu istirahat telah usai, satu persatu kawan Nabila pun masuk ke kelas, senyuman Nabila tak lepas dari seorang yang baru saja masuk itu, sorotan senyumannya buyar, ketika seorang itu meliriknya balik dengan wajah cuek, terbesit perih di hatinya, tapi ia anggap ini adalah cobaan untuk dia dan hatinya, seberapa kuat cinta yang dimilikinya, pelajaran pun berjalan seperti biasa, lambat laun Nabila merasa tak nyaman, tapi ia lagi-lagi bersabar, menanti waktu yang diharapnya mungkin terjadi…
“Woi, Did tu Nabila lu cuekin gitu sih, bantu dong gak kompak ah, 1 kelompok juga” Teriak Tasya ke Dida yang sedang ngobrol dengan teman-temannya, bermaksud mendekatkan Dida dengan Nabila kembali..
“Lu aja Sya, gue sibuk” Teriak Dida balik.
“Ah elu, kagak asyik ah,”.
“Udah Sya, aku bisa sendiri kok, sini, kamu aja yang bantu aku” ucap Nabila sambil mengambilkan kursi untuk Tasya,
“Maaf Bil, aku nggak bisa bawain Dida ke kamu”
“It’s ok Sya, gak papa.. ayo kita kerjain tugasnya…”
Tak terasa 1 bulan sudah dari hari yang menyakitkan batin itu, tapi tetap saja Nabila masih memendam rasa yang sama pada Dida, ia yakin, Dida pasti kembali untuknya.. selama itu, banyak cinta datang, menawarkan keinginannya untuk bersama Nabila, tapi Nabila masih saja enggan untuk berpindah ke lain hati [baca: move on], Hingga pada suatu hari, saat ia sedang berpetualang di Facebooknya, ia mendapati status hubungan Dida yang sebelumnya “lajang” berubah menjadi “berpacaran”, ia yakin ini adalah cara Dida untuk menyatakan cintanya kembali pada Nabila, tapi sayang, bagai tersengat getaran THUNDERSHOCK berkekuatan 100.000 Volt dari seekor Pikachu, ia membaca status-status di timeline Dida,
“Makasih buat semuanya :* #dnadnd”
“Puas deh jalan bareng haha! #dna”
“Ah, iya.. mungkin itu saudaranya kali” ucap Nabila dalam hati, mencoba menguatkan dirinya, mencoba menahan air matanya…
Tiba-tiba di chatbox Dida men-chat Nabila
“Eh, Bil”
“Iia sayang” balas Nabila penuh berbunga di hatinya,
“Sayang?, ga salah.. eh kita sudah putus ya” chat balik Dida, seakan tanpa hati dia mengetiknya,
“lho, tapi aku masih sayang sama kamu” balas Nabila mulai sedih…,
“Su*k, makan tuh sayang! ntar gue dimarain lagi”
“Sama siapa”
“Sama pacarku lah, sama siapa lagi”
“oh, Sapa namanya” Dalam hatinya Nabila berkata “Pasti yang dimaksud itu aku..”
“Lu juga udah tau kok”
“lah iya, siapa Didaa”
dan chat pun tiba-tiba ditutup oleh Dida, terbesit rasa sedih di hati Nabila untuk ke sekian kalinya.
Tiap Nabila bertanya, siapa nama cewek itu, tiap itu pula Dida tak mau menjawabnya..
Suatu hari Dida jatuh sakit, dan harus di rujuk ke Rumah Sakit di Jakarta, Nabila sedikit terkejut mendengar berita itu, dia tak menyangka bakal terpisah jauh dari Dida, meski itu hanya untuk beberapa saat, ia mulai tampak sedih, ditambah lagi BBM, sms, chat darinya tak pernah satupun dibalas oleh Dida.
“Lho, Nabila sayang, kok sedih sih, cerita dong” rayu Tasya yang baru datang dari kantin,
“Dida Sya”
“Kenapa Dida, Bil?”
“Dia sakit, kasian aku gak bisa jenguk dia, dia pasti sendirian di sana, mungkin mama dan papanya aja, tapi dia kan butuh temen”
“Lho, kan sudah ada Aura… ups,”
“Aura?, siapa itu Sya pacar barunya Dida ya?”
tanya balik Nabila, sambil melelehkan gumpalan air yang sempat tertahan di kedua matanya itu,
“Be.. begini Bil, benernya bukan pacar baru, tapi lebih ke CLBK, maaf Bil bikin kamu sedih” jelas Tasya beserta penyesalannya,
“Iya Sya, ndak papa” ucap Nabila sambil menangis, dengan memegang dadanya, seperti menahan sakit dan ia pun pingsan..
“Bil, kamu gak papa kan?, Bil, Nabila?”…
Suara indikator detak jantung itu begitu terdengar keras, menandakan keadaan sekitar semakin sepi saja, hanya Nabila, Tasya dan mama Nabila yang sedang tertidur pulas di sofa,
“Eh, aku di mana toh?” tanyanya dalam hati, “lho kok di rumah sakit, sudah waktunya tah?” gumamnya dalam hati lagi..
“Lho, Bil, kamu udah sadar” ucap Tasya yang baru masuk dari kamar mandi, lantas memeluk Nabila,
“Iya Sya, aku kok di sini yah? kenapa yah” tanya Nabila penuh bingung,
“Kamu tadi pingsan, terus dibawa ke UKS deh, karena keadaanmu memburuk, makanya dibawa ke sini, maafin aku ya Bil, maafin aku, mungkin kalau aku gak keceplosan tapi, kamu nggak kaya gini” sesal Tasya disusul lelehan air matanya,
“Sst, iya Sya ndak papa, kalau kamu ndak bilang gitu tadi, aku ndak akan tau dong” jawab Nabila mencoba membenarkan kesalahan Tasya, lalu ia berkata lagi… “Sya, aku titip surat ini ya, tolong berikan ke mama, aku mau tidur dulu, oia minta mama buat langsung baca ya”
“Iya Bil, aku kasih mama kamu ntar kalau udah bangun”
Nabila pun tertidur pulas, mungkin bisa dikata lebih pulas dari biasa, dengan senyumnya, Tasya tak menaruh curiga apapun, Tasya meneruskan cerpennya… tak lama kemudian mama Nabila bangun,
“Lho, Tasya ndak tidur nak?” tanya mama Nabila sedikit membuka mata,
“Belum tante, nanti saja, nanggung ini cerpennya, oh iya tante, ini surat dari Nabila katanya buat tante, dan harus langsung dibaca te hehe…”
“Oh, iya, makasih ya nak, aneh Nabila itu, bilang langsung kan bisa, ckckck”
mereka berdua pun tertawa kecil.. Sesaat setelah membaca surat itu, senyum tawa mama Nabila, tiba-tiba berubah menjadi tetesan air mata..
“Lho, ada apa tante?” tanya Tasya gelisah,
“Ndak nak, ndak ada apa apa, hanya masalah keluarga” jelas mamanya menutupi isi surat itu,
“Oh, maaf tante”
Pagi itu, Dida sudah pulang dari Jakarta, ia pun masuk sekolah kembali, banyak teman-teman yang bertanya kabar, atau sekedar bertanya pengalaman Dida selama di Jakarta,
“Eh Did, sini bentar, gue mau bicara sama lu…” ucap Tasya menarik paksa Dida,
“Apaan si lu Sya, ganggu orang cerita aja”
”Eh lu gak usah banyak omong deh, lu gak ngerasa, apa yang berbeda di kelas ini?”
”Apaan? kagak kagak, kagak ade”
”Emm, lu gak kangen sama Nabila?”
”Nabila?, eh kagak lah, dia tuh udah sama Yuna, ngerti lo?”
”Heh, Dida.. lu kagak tau ya?, Yuna tuh kakaknya yang baru aja pulang dari Austy set*an!!, oh itu yang bikin lu mutusin Nabila?, eh makanya kalau gak ngerti tanya dulu, dasar dongo!”
Tasya pun lari keluar dengan menitikkan air mata lagi
Dida hanya terdiam, terpaku, menyesali apa yang sudah dilakukan olehnya pada Nabila, sebenarnya ia yakin Nabila tak akan seperti itu, tapi, karena hasutan dan rayuan Aura, Dida pun terpancing, yang akhirnya Dida pun hanya sebagai cowok taruhan, ya.. Aura bertaruh dengan temannya untuk balikan dengan mantannya masing-masing, mereka pun sudah putus, agak lama sebelum Dida masuk sekolah… Dida pun berlari mengejar Tasya,
“Tasya woy, tunggu gue!”
“Hik.. Hik.. Apaan?”
“Ntar plis anterin gue ke Nabila, gue mau minta maaf sama dia, gua udah sakitin dia aja”
“Gak cuma AJA tapi BANGET, tau gak, lo sakit, dia bawaanya nangis pas sholat, itu buat sapa?, buat lo Diid!!” bentak Tasya lagi, sambil menangis..
“Iye, iye gue salah, gak biasanya lu ah, cengeng tau kagak, malu kalee sama anak buah lo!”
“Bi.. biarin, hk.. hk.. a, airmata gu..gue, napa el.. elu yang rep.. repot?, lu ku.. kudu ja.. janji ke gue, ja..ngan per… pernah lu nyesel gu.. gue a.. ajak ke Nabila” suara Tasya hampir tak jelas sesenggukan,
“Iyeee gue janji” jawab Dida.
Setelah pelajaran usai, mereka pun menuju tempat parkir untuk bersiap,
“Udah, lu ikut mobil gue aja, ntar mobil lu biar ngikut di belakang mobil gue dibawa supir gue aja” ucap Tasya sinis,
“iye dahh.. iye”
Dalam perjalanan pulang mereka saling diam, dan akhirnya Tasya pun membuka pembicaraan
“Eh, Did.. gue ke makam papa dulu…”
“Oke Sya…”.
Sesampainya di pemakaman, Dida pun membuntuti Tasya menuju sebuah makam,
“Lho, tanahnya masih merah Sya, baru kemarin ya meninggalnya?” tanya Dida penasaran,
“Udah lu diem…”.
Tasya menaburkan bunga di sekitar makam itu,…
“Sapa nama papamu Sya?” tanya Dida basa basi,
“Tu pindain bunganya biar lo tau”. Dida pun memindah buket bunga itu,
betapa terkejutnya Dida, saat nisan itu tertulis “NABILA FEBRIANTI” “Eh, Eh… S..S.SSya.. MM Makam N.. Nabilaa?” tanya Dida gelagapan hampir pingsan,
“Iye, lu udah puas buat dia sakit heh?, lu masi aja ya gak ngerasa, Nabila sakit tu gara gara tau lo balikan sama si Aura, ngerti lo?, dan gue sekarang tanya, siapa yang donor mata buat lo?”
“sssiapa?, NnnabN nabila?”
“SERATUS BUAT LO!” lantas Tasya pun dengan menahan tangisnya pergi meninggalkan Dida…
Sementara itu, Dida masih bersimpuh di depan rumah terakhir Nabila, dengan seribu penyesalan, ia menangis tersedu-sedu sambil memeluk erat nisan bertuliskan nama indah mantan pacarnya yang sangat mencintainya itu… Terbayang sekilas semu Nabila tersenyum melambai pada Dida, dan membisikkan..
“love you..”
dengan tenaga yang tersisa, terkuras dari tangisnya tadi…
“Nabilaaa, i love youu!!!” teriaknya bersama kilatan petir yang menyambar, tangisnya semakin deras, seiring derasnya tangisan langit saat itu.
Semenjak saat itu, Dida rutin mengunjungi makam mantannya itu seminggu sekali, bersama kekasih barunya, Tasya… mereka jadian sesuai permintaan Nabila dalam surat yang diberikannya pada mamanya saat itu…
Ahh, Entah aku menyebut happy ending atau sad ending nih, tapi setidaknya, Nabila telah membuktikan bahwa cintanya pada Dida tulus, Dida juga telah menyadari akan arti penting sebuah perasaan, jika seorang perempuan benar-benar memilih cintanya, tak ada alasan bagi laki-laki yang dicintainya untuk ragu akan ketulusan cintanya.

Kenapa Harus Dia





Pagi itu sangat indah, sejuk dan juga cerah, membuat semua hati orang senang dan bahagia karenanya tapi bukan bagi hati Bella, pagi itu tak Indah baginya dan mungkin seperti pagi-pagi yang telah buruk karena baginya setiap hari itu adalah hari yang buruk baginya, saat dia bangun dari tidurnya seperti biasanya dia selalu bersiap untuk berangkat sekolah, saat dia menuju meja makan dia melihat sarapan sudah siap di tempatnya tapi tak ada seorang pun yang siap menyantap makanan itu kecuali dirinya, dia sangat sedih seperti pagi-pagi sebelumnya, papa dan mamanya selalu pergi sebelum dia bangun tanpa pamit dengannya, dia merasa hidup sendiri di dunia ini, semenjak kepergian kakaknya dia selalu sendiri selalu murung apalagi saat dia tahu bahwa cowok yang sangat di cintainya dan dia yakin bisa menggantikan kakaknya pergi meninggalkannya hanya gara-gara cewek lain.
Setelah sarapan itu dia berjalan dengan langkah yang malas menuju sekolah seperti biasa dia selalu memilih jalan kaki dari pada pakai mobil karena jarak sekolah dari rumahnya tak terlalu jauh dan dia pikir bisa di tempuh dengan jalan kaki, saat dia akan sampai di sekolahnya tiba-tiba ada suara yang mengagetkannya, “hai Bell ayo masuk” sapa Keyla sahabat yang selalu ada buat dia, ya mungkin hanya keyla yang dia punya sekarang mungkin hanya Keyla teman hidupnya saat ini, saat mendengar sapaan itu Bella langsung masuk ke mobil Keyla yang waktu itu kebetulan Keyla yang bawa mobilnya sendiri, “kenapa sih loe langit begitu cerah tak ada tanda-tanda akan mendung tapi kenapa wajah loe selalu mendung kenapa heh” Tanya Keyla seperti biasa kalau dia melihat wajah Bella murung selalu mengkait-kaitkan dengan cuaca hari itu, “nggak kenapa-napa kok Key”, “nggak kenapa-napa kok wajah loe murung kayak gitu udah deh Bell loe jangan mikirin dia lagi dia tu nggak pantas loe pikirin terus ntar dianya Ge-er lo mending mikirin gue aja kan gue lebih pantas loe pikirin”, mendengar kata-kata Keyla ahkirnya Bella bisa tersenyum, “keenakan loe kalau gue pikirin ntar loenya yang Ge-er kalau gua pikirin”, melihat sahabatnya bisa tersenyum lagi Keyla jadi senang, “nah gitu donk Bell senyum jangan murung aja, ceria gitu kan lebih cantik kalau murung terus dah jelek tambah jelek” ejek Keyla, “sialan loe Key”, lalu mereka berdua tertawa lepas.
Sesampainya mereka di sekolah mereka langsung menuju kelas, saat menuju ke kelas Bella sempat melihat dia orang yang membuat harinya ceria, orang yang membuat harinya berwarna orang yang selalu di rindukannya, orang yang selalu di cintainya, orang yang menjadi mentari di hidup Bella dan memberinya cahaya cinta yang sampai sekarang cahaya itu masih di rindukan Bella dan cahaya itu yang ingin selalu di rasakan Bella seperti yang dulu, tapi sekarang saat melihat orang itu Bella tak sesenang dulu saat melihat dia, hatinya langsung remuk seperti ada duri yang menusuk di hatinya, dia tak sanggup menahan air mata yang hendak mengalir dari matanya tapi dia harus tahan demi sahabat didekatnya, dia dah janji sama Keyla kalau dia nggak bakalan ingat sama laki-laki yang telah meninggalkannya itu dan lebih memilih cewek lain dari dia tapi dia benar-benar tak sanggup menahan air matanya lagi, “eh, Key gue ke toilet dulu ya dah nggak sanggup nahan nih”, “iya tapi ntar cepet ke kelas ya gue tunggu di kelas oke”, “iya aku ke toilet dulu ya”.
Di toilet bella menangis sejadi-jadinya, dia nggak sanggup lagi menahan tangis di matanya dia benar sakit saat melihat pangeran pujaan hatinya bermesraan sama cewek lain di depan matanya walau dia mencoba untuk tegar tapi dia nggak bisa membohongi perasaannya kalau dia masih cinta sama Putra cowok yang pernah menghiasi hidupnya, cowok yang pernah menghuni hatinya, cowok yang pernah dia cintai dan sampai kapan pun dia nggak sanggup untuk melupakannya karena mungkin hanya Putra yang bisa membuat hatinya bergetar dan merasakan rasa yang tak biasa, walau terkadang dia harus sakit saat mengingat Putra tapi dia tetap tak bisa melupakan Putra dari hatinya dan tak bisa membuang Putra dari pikirannya, karena hanya Putra yang bisa membuatnya begitu sangat mencintai cowok karena sebelumnya dia tak pernah bisa merasakan rasa ini pada seorang cowok hanya pada Putra cowok yang telah menyakitinya, “kenapa harus dia, kenapa harus dia yang aku cinta kenapa tak orang lain yang bisa mengerti aku yang bisa aku cinta kenapa harus dia?”, tanyanya ke hatinya yang telah salah mencintai orang tapi dia tak bisa menyalahkan hatinya karena bukan hatinya yang salah dan membuatnya mencintai Putra dengan sangat, tiba-tiba dia dengar bel berbunyi dan dia segera membasuh mukanya dengan air supaya di depan Keyla dia tak seperti orang yang habis nangis, lalu dia langsung buru-buru masuk kelas.
“eh Bell loe dari mana sih lama banget?”, “gue kan dari toilet”, “iya kok lama banget sih”, “iya sorry deh”, tiba-tiba guru datang dan mengahkiri pembicaraan Bella dan Keyla, Bella merasa senang memiliki sahabat seperti Keyla yang selalu ada buat dia, saat dia merasa sedih dan senang Keyla selalu ada buat dia dan mungkin Keyla lebih dia sayangi dari pada kedua orang tuanya yang dia pikir nggak pernah ada buat dia nggak pernah membantunya menghadapi segala masalahnya, apalagi setelah kakaknya meninggal dia merasa sangat benci dengan kedua orang tuanya dia merasa orang tuanya adalah orang yang paling kejam yang pernah dia temui bahkan lebih kejam dari Putra cowok yang telah meninggalkanya, karena orang tuanya nggak merasa sedih sedikitpun saat kakaknya meninggal dan orang tuanya makin tak menganggap dia ada, dia selalu merasa sedirian di dunia ini setelah kakaknya pergi, karena setelah kakaknya tak ada Putra langsung ninggalin dia, Putra bilang ke dia, “gue mau jadi pacar loe karena gue takut sama kakak loe, karena dengan jadi pacar gue nggak akan pernah lagi di nggangguin ma kakak loe”, semenjak Putra pergi meninggalkannya penderitaan Bella lengakap sudah tapi di balik penderitaaannya Keyla selalu ada di belakangnya memberi dukungan supaya dia bisa tegar menghadapi hidup ini dan Keyla selalu menyuruh dia supaya melupakan cowok seperti putra, tapi gimanapun juga dia mencoba untuk melupakan Putra tetap saja tidak bisa karena dia sangat mencintai Putra dan dia satu-satunya cowok yang bisa membuat dia benar-benar bisa mencintai cowok.
Saat pulang sekolah Keyla mengajak Bella jalan-jalan untuk menghilangkan penat di hati ini sebenarnya Bella nggak mau tapi Keyla terus memaksa dan ahkirnya bella pun mau, saat di mall kenapa ini harus terulang dia melihat Putra lagi dengan ceweknya yang membuat dia pengen nangis lagi, “kenapa perasaan ini selalu muncul saat ku melihat dia, kenapa harus dia yang ada di hatiku kenapa harus dia yang mengisi hatiku kenapa harus dia yang kucinta kenapa harus dia yang tak bisa kulupa kenapa harus dia” Tanya Bella dalam hati sambil menahan tangis di hatinya dan juga sakit yang selalu dia rasa saat melihat Putra, “loh Bell kenapa loe nangis Bell?” Tanya Keyla yang menyadarkan Bella dari segala lamunannya, Bella nggak bisa cerita ma Keyla kalau dia nangis karena melihat Putra dan ceweknya, “nggak kok gue lihat…”, “lihat apa Bell apa yang membuat loe sedih Bell”, “gue Cuma tadi lihat anak sama orang tuanya, dan gue kangen sama mereka loe tahu sendiri kan Key dari kecil gue nggak pernah merasakan kasih sayang orang tua gue sendiri, gue bisa merasakan hangantnya kasih sayang orang tua itu dari orang tua loe”, “loe yang sabar ya Bell kan saat ini kita mau senang-senang kita senang-senang aja oke”, “iya Key makasih ya Key loe dah mau jadi sahabat terbaik buat gue”, “iya Bell gue akan jadi sahabat terbaik buat loe untuk selamanya jadi kalau loe punya masalah apapun loe langsung cerita aja sama gue, gue siap mendengarkan setiap cerita loe oke”, “iya Bell thanks ya”, Bella nggak berani bilang ke Keyla kalau yang membuat dia sedih adalah Putra karena mungkin Keyla nggak akan seperti tadi kalau Keyla tahu yang membuat dia sedih itu adalah Putra pasti Keyla akan marah dan pasti akan datangin Putra sama ceweknya itu, “maafin gue Keyla gue nggak bisa terus terang sama loe karena gue takut kalau gue terus terang sama loe, loe akan kecewa sama gue, maafin gue Keyla karena gue nggak bisa melupakan Putra gue juga nggak tahu kenapa gue nggak bisa melupakan dia gue dah berusaha Key, tapi gue benar-benar nggak bisa melupakan dia Key, dia selalu ada di hati dan pikiran gue key, dan gue masih berharap kalau dia akan jadi milik gue untuk selamanya dan gue juga yakin dia akan kembali ke pelukan gue” gumam Bella dalam hatinya, dan sejenak dia berpikir kalau yang dia pikirkan tadi itu hanya impian dan tak kan jadi kenyataan karena dia udah tahu kalau Putra dulu mau pacaran sama dia karena Putra takut sama kakaknya tak lebih bukan karena Putra suka plus cinta sama dia itu karena Putra takut sama kakaknya, yang nggak bisa dia mengerti kenapa mesti Putra cowok yang selalu ada di hatinya, “eh Bell koq diem kita pulang yuk loe dah puaskan belanjanya gue antar loe pulang ya atau loe mau nginep di rumah gue”, “nggak gue pulang aja makasih ya Key dengan hari ini yang begitu indah dan begitu berarti buat gue”, “iya Bell sama-sama gue mau ngelihat loe yang dulu yang selalu ceria selalu bahagia dan tak pernah ada wajah sedih melintas di wajah loe itu gue kangen loe yang dulu Bell”, “maaf Key mungkin susah buat gue untuk kayak dulu lagi karena dengan masalah-masalah gue yang dulu-dulu yang membuat gue selalu sedih”, “makanya gue di sini untuk loe membuat loe tersenyum kayak dulu lagi”, “iya makasih ya Key”, sesampainya di rumah Bella tak mendapati kedua orang tuanya seperti biasa mau Bella pulangnya selarut apapun Bella nggak pernah melihat kedua orang tuanya pulang mereka selalu pulang saat Bella sudah memejamkan matanya menuju mimpinya, setelah Bella mandi dia langsung menyiapkan apa yang akan besok dia bawa, tiba-tiba buku diarynya yang sudah lama dia tak isi jatuh dan Bella menemukan selembar foto yang menginggatkannya pada masa lalunya yang selalu membayangi hidupnya, tiba-tiba air matanya meleleh di pipinya dia tak tau kenapa susah banget melupakan dia, “kenapa sih loe selalu menghantui hidup gue kenapa loe selalu membuat gue merasa bersalah sama Keyla kenapa loe tak mau pergi dari hati gue kenapa loe betah banget tinggal di hati gue kenapa harus loe yang menghuni hati gue kenapa harus loe kenapa bukan orang yang bisa mencintai gue sepenuh hatinya kenapa harus loe orang yang mencintai gue karena takut sama kakak gue, oh tuhan kenapa harus dia yang kamu suruh buat menghuni hati ini ya tuhan kenapa harus dia yang selalu ku rindu KENAPA HARUS DIA, KENAPA HARUS DIA, kenapa tuhan” kata Bella sambil nangis sejadi-jadinya kali ini tak ada Keyla jadi dia bisa nangis sepuas-puasnya yang dia sesali kenapa dia dulu bisa suka sama orang kaya Putra kenapa harus Putra yang mengisi hatinya.
Malam pun semakin larut Bella terus menangisi hidupnya, dia sedih karena orang tuanya yang tak pernah ada buat dia, dia sedih karena hidup ini tak adil dan telah membuat kakak tercintanya pergi darinya yang lebih membuat dia sedih kenapa dia mencintai orang yang tak pernah mau tau dengan perasaannya dalam hati dia terus bertanya “KENAPA HARUS DIA, KENAPA HARUS DIA?”, dan sampai sekarang dia belum menemuin jawabannya.

Aku Atau Sahabaku





Kadang kita sering terbengkalai atau termenung mendengar kata CINTA, Apa itu Cinta?, mungkin semua orang mengetahui apa arti Cinta. Cinta memang harus dimiliki oleh semua makhluk tuhan di dunia, tapi terkadang manusia itu sering menyalah artikan arti dari Cinta yang sebenarya. Cinta bisa mendorong kita untuk menjadi sukses, akan tetapi cinta juga bisa menjatuhkan diri kita sendiri.
Desiran angin menghampiri ku yang begitu lembut, indah pemandangan alamnya seakan-akan mengerti perasaan ini, itulah yang aku rasakan ketika melihat seseorang yang kugagumi di waktu aku masih duduk di bangku sekolah menengah. sebenarnya aku mengenal dia sejak lama tapi entah mengapa pada saat itu secara tiba-tiba timbul rasa sayang ku pada dirinya tanpa aku sadari mengapa hal itu bisa terjadi. Aku menyadari bahwa dia tak kan mungkin mempunyai perasaan yang sama pada diriku. Entah mengapa harus pada dirinya aku mempunyai perasaan sayang mengapa tidak pada orang lain, hampir saja waktu itu aku pernah berpikir dan berkata “apakah aku sudah gila mengagumi seseorang tanpa dikagumi” tapi tak ada kan orang yang bisa melarang mengagumi sesuatu yang indah.
Aku tahu bahwa dia telah dimiliki oleh orang lain yaitu sahabat ku sendiri dan aku juga tahu bahwa mereka saling menyayangi satu sama lain. Pernah aku secara kebetulan bertemu dengan dirinya di perjalanan menuju ke tempat yang sama dan aku sedikit memberanikan diri untuk berbincang dengan dirinya sambil berjalan menuju masjid untuk mengikuti sebuah acara kerohanian.
Aku berkata pada dirinya “bagaimana hubungan mu dengan sahabatku”.
Dia menjawab dengan simple “baik-baik saja kak, kok tumben kakak menanya hal itu.” Ujarnya dengan iseng.
Dari situlah aku berpikir bahwa dia tak pernah ada perasaan pada diriku, namun aku tidak kecewa dengan mimpiku yang tak bakalan pernah terungkap itu. Disamping itulah aku berpikir bagaimana caranya agar dia tidak mengetahui bahwa aku mengagumi dirinya tapi aku bukan cowok pengecut ya yang gak mau mengungkapkan perasaan, hhhe.
Memang sulit menebak sesuatu yang indah yang kita lihat. Tak lama kemudian fakta berkata lain sebelumnya aku pernah berpikir bahwa dia tak pernah punya rasa yang sama pada diriku namun fakta berkata terbalik dengan dugaanku selama ini ternyata dia juga mempunyai rasa yang sama seperti yang aku rasakan. Aku mengetahui hal itu dari lantunan puisi yang diberikan kepada sepupuku yang ternyata puisi tersebut berisikan tentang ungkapan perasaannya pada diriku. Aku terdiam membisu setelah mengetahui hal itu namun tetap berfikir positif bahwa aku nggak mau menyakiti sahabatku sendiri karena cinta.
Tak lama kemudian akhirnya sahabatku mengetahui hal ini aku tak tahu entah siapa yang memberi tahu hal ini pada dia sampai-sampai sahabatku menilai aku seperti “PAGAR MAKAN TANAMAN” tapi aku terdiam dan tak bisa berkata apa karena seorang perempuan yang aku kagumi itu telah tidak berhubungan lagi dengan sahabatku alias putus. Di suatu malam aku menemui sahabatku yang bertujuan untuk berusaha memberikan dia motivasi untuk menjalani hidup karena dia frustasi setelah diputuskan oleh kekasihnya namun usahaku sia-sia dia masih membenciku setelah dia tahu puisi yang diberikan oleh kekasihnya kepadaku. Namun tak kukira beberapa hari kemudian sahabatku berubah pikiran. Dia berkata kepadaku “Hay sahabat aku merelakan mantan kekasihku kutitipkan kepadamu, ini ku lakukan demi kebahagiaan sang bidadari ku”. Ujarnya pada diriku.
Di tengah keindahan malam berselimut bintang terdengar deringan handphone yang membisikkan yang seakan-akan mengganggu tidur nyenyakku namun aku cuek saja lalu deringan bunyi tersebut makin keras dan semakin keras. Aku merasa terganggangu dan segera melihat hp ku dan kulihat jam dinding ternyata jam 24:00 Wib. Aku berkata “oh iya, besok kan hari ulang tahunku yang ke-17 tepatnya tanggal 7 desember. Aku merasa bodoh karena hari ultah sendiri gak ingat.
Aku segera melihat handphone ku dan ternyata hp ku terlihat sedentir sms yang masuk pada jam 24.00 wib tersebut yang isi smsnya yaitu “selamat ultah iya abang smoga panjang umur dan sehat selalu dan jangan sia-sia kan aku yang menyayangimu.” Aku merasa heran, kok dia tahu dengan hari ultah ku. Dia adalah seorang wanita yang pernah aku kagumi sebelumnya dan dia merupakan orang pertama yang mengucapkan ucapan selamat untukku tentu aku heran dan berkata; waah… mengapa kok dia tahu hari ultahku. Padahal aku tidak pernah memberi tahu sebelumnya.
Keesokan harinya tiba-tiba dia mengajakku untuk ketemuan tetapi aku menolaknya, karena takutnya dia hanya bercanda dan Cuma iseng saja. Tetapi kenyataannya dia serius untuk ingin bertemu dengan ku tapi aku masih ragu. Keesokan hari ia mengirimi aku sms untuk segera datang di suatu tempat yang telah dia rencanakan. Aku pun terpaksa datang untuk menemuinya di suatu tempat tersebut yaitu di sebuah taman yang begitu indah aku pun baru pertama kalinya aku ke taman itu. Di waktu pertemuan itulah seorang cewek ini mengungkapkan isi hatinya bahwa dia juga mengagumiku karena sebelum-sebelumnya aku juga pernah berkata pada dirinya bahwa “aku sangat mengagumimu”. Pada hari ultah ku yang ke-17 ini, dia memberikan aku hadiah spesial yang pernah ku temui sepanjang hidupku bahwa dia berkata “aku ingin menjadi pendamping hidupmu”. Ujarnya pada diriku.
Aku merasa heran, diam dan terasa asing dengan ucapannya karena baru kali ini aku temui seorang cewek yang berani mengungkapkan perasaannya kepada seorang cowok tapi tak mengapa walaupun terbalik seorang cewek yang mengungkapkan perasaan ke cowok namun aku menghargai karena dia telah jujur dan telah berusaha untuk mencuri hatiku. Tat, tit, tut, detak jantungku saat itu seakan-seakan bertabrakan antara jantung dan hati karena terkejut dan seperti dalam mimpi. Orang yang kukagumi selama ini ternyata membalas cintaku. hhmmm.
Di waktu itulah kami telah resmi berpacaran karena aku telah menerima cintanya. Awal dari hubungan kami aku merasa agak kurang nyaman dan aku merasa ada sedikit perbedaan antara kami tapi aku berusaha untuk menjaga hubungan ini jangan sampai terputus sampai disini saja. Beberapa bulan kedepan setelah kami mengenal lebih dekat antara satu sama lain aku mulai merasa nyaman dengan hubungan ini dan begitupun sebaliknya.
Setelah dua tahun kami menjalani hubungan aku berkata pada kekasihku “seandainya aku melanjutkan pendidikan ku di luar daerah apakah kamu masih mempertahankan hubungan kita atau mencari penggantiku”.
Dia menjawab. “aku akan tetap mempertahankan hubungan kita walaupun kita berjauhan dan semoga hubungan ini bisa kita bawa kejenjang selanjutnya kelak nati.” Ujarnya sambil memeluk tubuhku dengan erat.
Suatu hari kemudian perkataan aku benar, aku akan melanjutkan pendidikan ku di Universitas di luar daerah setelah aku lulus dari Sekolah Menengah Atas karena itu janjiku yang pernah aku ucapkan kepada orang tua ku. Beberapa hari kemudian, aku pun berangkat menaiki mobil dengan rasa sedih yang begitu dalam meninggalkan orang yang paling ku sayangi tapi harus bagaimana lagi disamping kita menjalin hubungan aku juga harus mengejar cita-cita. Disitulah aku berharap semoga apa yang dia katakan pada tempo sebelumnya yaitu “sanggup berhubungan walupun jarak jauh” akan benar bukan cuman omongan saja aku yakin dan percaya bahwa hubungan kami akan baik-baik saja walaupun dalam kejauhan.
Dalam beberapa bulan terakhir ini hubungan kami masih baik-baik saja walaupun terhalang jarak. Itu telah ku buktikan dalam dua tahun kami berhubungan dari jarak jauh.
Memasuki tahun ke-3 hubungan kami mulai terjadi kurang keserasian satu sama lain entah mengapa hal itu bisa muncul dalam pikirannya aku pun tak mengerti mungkin karena dia berpikir terlalu pesimis. Di suatu malam dia memberi aku kabar bahwa dia telah bosan dengan hubungan ini dan menuduhku telah punya pacar baru tapi kenyataannya tidak sama sekali, tapi mengapa dia bisa berfikir seperti itu aku gak pernah tahu dengan jawabanya. Dari situlah hubungan kami mulai berantakan, dia membenciku karena egonya yang terlalu tinggi. Aku telah berusaha memberikan penjelasan tapi dia tak mau mendengar penjelasanku.
Susah-senang, suka dan duka selalu kami lewati bersama-sama dengan berbagai penghalang yang muncul baik dari restu orang tua dan sebagainya kami tetap mempertahankan hubungan kami dan akhirnya rintangan tersebut bisa kami hadapi bersama tapi entah mengapa akhir dari kisah cerita ku seperti ini. Aku tediam dan membisu karena aku masih menyayanginya dan aku takut kehilangannya. Tapi harus bagaimana lagi aku harus menerima kenyataan yang pedih ini, dia mengambil keputusan untuk “lebih baik berhenti disini tidak usah dipertahankan lagi hubungan kita aku tak sanggup berhubungan dari jarak jauh” ujarnya padaku. Tapi yang aku sesali dia yang berjanji padaku dan dia pula mengingkarinya.
Disaat itulah aku sadar cinta itu bisa mendorong kita untuk lebih maju dan cinta itu pula bisa menjatuhkan diri kita. tapi aku berpikir aku tak mau terjatuh karena cinta, aku nggak berputus asa karena putus cinta. Putus cinta memang sakit rasanya tapi tergantung kita yang mengambil hikmah dari percinta itu sendiri. Memang benar setia itu tidak selalu membawa kebahagiaan dan keberuntungan dan jangan pernah sekali-kali kita berpikir dengan janji seseorang akan setia dalam cinta karena cinta tak harus memiliki.
Sekarang aku sangat rindu dengan masa laluku aku gak tahu apakah dia masih mengingatku atau tidak. Tetapi baru sekarang aku mengetahui bahwa dia selama ini hanya menutupi wajahnya dengan sebuah topeng kepalsuan. Ternyata selama ini berarti aku salah menilainya aku kira dia bisa berfikir dewasa namun dugaan ku salah. Aku sangat kecewa karena dia dengan begitu cepat mencari penggantiku semata-mata hanya untuk sekedar menyakitiku, dia berpacaran dengan sahabat terdekatku. Suatu hari kemudian lebih sadis lagi cara dia untuk menyakitiku dia dengan nekat pergi ke tempat sahabat dekatku semata-mata untuk menyakitiku karena sahabatku berada di tempat yang sama denganku yaitu sebuah kota tercinta di sumatra bisa di ibaratkan dia menjual cintanya di depan mataku.
Aku tak tahu apa salahku, mengapa cobaan ini begitu berat bagiku namun aku akan tabah melihat semua ini. Dan sekarang aku memutuskan tidak akan berhubungan lagi dengan dirinya cukup hanya satu kali aku merasakan pedih yang begitu dalam.
Dan sekarang disamping dia telah mempunyai gebetan baru tapi tak mengapa akan aku relakan dirimu untuk dirinya dan aku hanya berpesan tolong jaga dirimu semoga kalian bahagia.

Cinta Tak Sampai





Sudah lama ku mengenalnya. Kira kira 5 tahun yang lalu. Ketika aku duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah pertama. Sampai saat ini kita satu kelas dan satu sekolahan. Pertemanan kita begitu baik, tak ada pertengkaran selama 5 tahun itu. Karena kami saling mengerti satu sama lain. Begitu dengan hal yang berkaitan dengan hati, dia selalu senantiasa mendengarkan kata kataku, tangisanku, ocehanku dengan sabar. Tak seperti pria yang dulu telah menghiasi hariku yang kini menghilang entah kemana.
Riyan sahabatku itu sampai saat ini belum merasakan bagaimana rasanya Jatuh Cinta. Dari cara ia berbicara, melihat, memegang wanita masih terlalu polos. Tapi kurasa ia sangat pandai dalam hal itu walau ia tak pernah merasakannya. Caranya menasihatiku seperti sudah sangat mahir dengan permasalahan di dalam hubungan. Tak kurasa juga sebentar lagi kita lulus dan akan melanjutkan hidup masing masing.
Tetapi jika Tuhan berkehendak pada kita. Kita akan tetap selalu bersama.
Pukul 20.00 suara motor berada di depan rumahku. Segera kubukakan pintu dan ternyata Riyan berkunjung ke rumah malam hari. Aku bingung, tak seperti biasanya Riyan datang ketika matahari menjadi bulan. Riyan memarkirkan motornya di halaman. Dan kulihat jelas wajahnya penuh senyuman.
“Hey..” sapanya
“Hey yan, ada apa? Tumben banget malem malem ke rumah..” tanyaku penuh keheranan
“Aku mau ajak kamu keluar, boleh?”
“Boleh aja sih, mau kemana?”
“Ehm ikut aku aja deh nanti kamu pasti juga bakalan tau. Nggak ada acara kan malem ini?”
“Ngga kok, bentar ya aku ganti baju dulu”
Setelah selesai. Aku ikut dengan Riyan. Entah ingin diajaknya kemana malem ini. Aku hanya bisa menuruti kemauannya karena ia teman baikku. Angin malam begitu dingin membuat bulu romaku berdiri. Riyan memberhentikan motornya di sebuah taman yang cukup indah, penuh dengan lampu warna warni dan terlihat begitu cantik. Riyan menggandeng tanganku ke kursi di tengah taman tersebut.
“Yan kamu mau ngapain sih?”
“Coba kamu lihat ke atas sana…”
Kulihat ke atas penuh bintang yang bergemerlap
“..indah bukan bintang itu” lanjutnya.
Aku menoleh dan tersenyum padanya. Kulihat ke arah atas lagi. Bintang semakin banyak menghiasi langit.
“Sumpah bintangnya bagus banget, yan”
“Kamu senang kan aku ajak kamu kesini?”
“Iya aku seneng banget. Makasih ya, yan”
Tak ada jawaban yang Riyan ucapkan. Seketika suasana hening sekejap. Riyan menaruh tangannya di belakang pundakku. Dirangkulnya aku dengan tangannya. Aku terdiam merasakannya.
“Put, aku boleh jujur ngga tentang perasaanku?”
“Boleh yan, jujur aja”
“Sudah 5 tahun kita bersama kan, Put”
“Iya emang kenapa?”
“Tapi belakangan ini hal yang mungkin wajar pertama kali kurasakan tiba juga. Aku mencintaimu..”
Aku terdiam.
“Aku mencintaimu bukan karena apapun. Menurutku kamu memang wanita yang sederhana, apa adanya, mengerti aku. Dan sampai sekarang tak ada pertengkaran di antara kita..”
Aku masih terdiam.
“Kenapa kamu diam? Apa aku salah mencintaimu lebih dari seorang teman? Bagiku kamu adalah wanita yang langka dicari pria untuk dijadikan kekasihnya. Aku tahu kita sudah lama berteman, dan aku sadar mungkin kamu tidak mempunyai perasaan yang sedang kurasakan saat ini. Maafkan aku, Put. Aku mengkhianati persahabatan ini”
Aku mencoba menjawab
“Untuk apa kamu meminta maaf. Sedangkan kamu tak salah. Menyukai lawan jenis itu wajar. Tak ada salahnya jika kamu mencintaiku. Di dalam persahabatan pasti ada percintaan. Begitu juga antara kamu dan aku”
“Jadi wajarkah aku memelihara rasa ini padamu? Bagaimana denganmu? Apakah kamu juga mencintaiku?”
“Wajar saja jika masih dalam batasannya. Aku? Bagaimana denganku? Mungkin kamu tahu, aku belum bisa melupakan dia yang pernah melukai hatiku. Jika aku paksakan cinta ini untukmu pasti akan berakhir dengan perasaan kecewa. Aku tak mau membuat hubungan pertemanan ini yang begitu indahnya menjadi suatu yang membuat antara kita menjadi terluka”
Kuakhiri kata kataku. Dari saat itulah Riyan dan aku berteman semakin akrab. Seperti dua sejoli. Namun kita tidak bisa bersama. Riyan mengerti perasaanku dan aku senang mendengarnya. Dan sampai saat ini tak ada permasalahan menerjang karena kita menjalaninya dengan sifat yang dewasa.

Sehari Tanpa Tawa Sahabat





Pagi ini pagi yang sangat cerah, matahari bersinar begitu indahnya. Aku pun bersiap-siap untuk berangkat sekolah, oh iya namaku Ayu tepatnya Anjani Ayu Widati aku kelas 3 SMP, aku mempunyai sahabat namanya Nia Agustina biasa di panggil Tina. Setiap hari kami berangkat sekolah bersama, Tina adalah sahabat yang sangat mengerti aku, dia selalu menemaniku dalam suka maupun duka.
Selesai sarapan aku pamitan kepada ayah dan ibu untuk berangkat sekolah, sebelum menuju ke sekolah seperti biasa aku menjemput Tina yang kebetulan rumahnya searah dengan arah ke sekolah. Saat sampai di rumahnya aku melihat dia menungguku dengan wajah yang ceria, saat di jalan kami selalu bercanda dan tertawa lepas, ada saja hal-hal lucu yang kami bahas. Waktu pulang sekolah pun juga begitu, jalan yang kita lewati selalu ramai dengan tawaan kami.
Sesampainya di rumah, aku langsung ganti baju dan makan, selesai makan aku minta izin kepada ibu untuk main ke rumah Tina. Di rumah Tina tidak kalah ramai dari waktu kita di jalan, karena di sana juga ada Elin, Elin adalah teman kami biasa bermain, dia juga tidak kalah lucunya dibanding Tina. Rumah Tina menjadi ramai karena ulah kami bertiga.
Esoknya seperti biasa aku menjeput Tina untuk sekolah, tapi ternyata hari ini Tina tidak sekolah karena sakit panas, aku pun langsung masuk ke dalam untuk melihat keadaan Tina. Saat masuk kamar Tina aku melihat dia sedang tidur di atas ranjang dengan keadaan yang lemas dan wajah yang pucat, aku pun langsung mendekat dan duduk di sampingnya sambil bertanya “Apakah kamu baik-baik saja?” “Aku tidak-apa ini hanya sakit panas biasa nanti juga sembuh sendiri”, setelah jawaban itu meyakinkanku aku langsung berpamitan untuk berangkat sekolah.
Saat di jalan terasa sangat berbeda karena tidak ada Tina, jalanan menjadi sepi, yang terdengar hanya suara kendaraan yang lalu lalang. Waktu pulang juga begitu, jalan yang biasanya ramai karena suara tawaan kami kini menjadi sepi.
Sesampainya di rumah aku masih memikirkan keadaan Tina, selesai makan aku bergegas pergi ke rumah Tina untuk menjenguknya. sesampainya di sana ku lihat rumah Tina terlihat sepi, tidak seperti biasanya yang ramai dengan tawaan Tina dan juga Elin.
Saat aku mengetuk pintu rumahnya yang meyambutku adalah kakaknya Tina, tidak seperti biasanya, biasanya Tina yang membukakan pintu dengan wajah yang ceria, waktu masuk ke kamarnya aku melihat Elin sudah berada di situ. Suasana terasa sangat sepi, tanpa ada candaan ataupun tawa, aku merasa sangat sedih. Esoknya ternyata Tina sudah sembuh, dia sudah menantiku di depan rumahnya dengan wajah yang kembali ceria, aku merasa senang sekali, sekarang jalanan yang kemarin sepi menjadi ramai kembali. Ternyata sahabat adalah segala-galanya bagiku.

Tuesday, November 5, 2013

Me